Little East Java Part 3

Day 3

Ride report ini telat banget jadinya karena sebenarnya semenjak malam kedua kedua battry handphone gw udah habis. Dan gw tidak membawa alat tulis yang cukup praktis untuk di simpan di kantong jaket buat di pakai nulis. Jadi terpaksa deh dengan ingatan yang sangat terbatas gw harus me recall lagi perjalanan yang telah lalu terlebihdahulu untuk merampungkan cerita ini

 Bangun pagi lagi kita siap kembali berangkat ke Bromo ! Setelah sholat subuh, mandi dan pemanasan kita loading barang lagi dan inspeksi motor masingmasing. problem yang bakal sering kita temukan ketika kita memutuskan takearest di masjid, hotel pertamina & kantor polisi (kalo ini nampaknya tidak) adalah tidak adanya colokan untuk sekedar mencharge barang elektronik. Kalaupun ada di dalam masjid yang biasanya dikunci kalo malem. Itulah kenapa saya males banget bawa handphone, etc kalo lagi bepergian dengan budget paspasan. Mungkin kalau ada budget lebih bisa membeli powerbank nanti.

 Sayang, gw lupa apa nama masjid tempa kita istirahat ini. lokasinya agak menjorok ke dalam dari pinggir jalan di kilometer awal penghubung antara pasuruan dengan sidoarjo. Masjid yang cukup nyaman ini baru gw sadari di pagi harinya ternyata berada di depan sebuah kampung. Jadilah pagelaran jemuran perlengkapan dan kita yang leyehleyeh di teras masjid menjadi tontonan warga yang mau berangkat ke luar kampung dengan muka yang penuh tanya 

Subhanalloh, emang Allah mantep banget deh ! sewaktu kita lagi loading barang ternyata ada “sarapan mata” yang alam hidangkan kepada kita.. semakin membuat hati gw yang udah demam Bromo luluh mencair

Pelangi ! gw udah lama enggak ngeliat pelangi sesempurna ini. warnanya sangat cerah dan bentuknya indah. Ini kejutan tuhan di pagi hari untuk seorang musafir yang membuat gw semakin bersyukur dan meyakini bahwa perjalanan yang sempat di sangsikan oleh beberapa teman ini bukan sebuah perjalanan yang siasia tanpa hasil. Perjalanan adalah bagian dari menemukan dan mematangkan jiwa seorang pejalan.

sayang enggak semua bagian sempurna masuk dalam frame kamera. Karena latarnya adalah sawah, pelanginya membentuk setengah lingkaran sempurna dan ada dua layer padahal !

setelah siap semua pukul 06.30 kita berangkat memasuki kota Probolinggo. Todolist pertama kita di kota ini adalah mencari bengkel untuk mengganti oli motornya miro. Karena sadar ini masih kepagian, setelah mutermuter kota yang kok kurang ‘sesuatu’ yah menurut gw ini jadilah kita nyari warung untuk sarapan pagi. Ketemu warung tenda untuk sekedar makan rawon. Hmm enak juga, lumayan membuat selera makan. 

Setelah makan dan sedikit tanyatanya lokasi bengkel terdekat, meluncurlah kita menuju bengkel yang di maksud. Alhamdulillah udah buka. Langsung lah oli motornya miro di ganti oleh emasemas mekanik. Sembari menunggu, owner bengkel bertanyalah darimana asal dua pria yang kondisi motornya sudah minta ampun kotornya ini. chitchat panjang kita mengarah pada bagaimana sampai ke Bromo lewat jalan yang pemandangannya paling indah. Kita menyepakati lewat jalur Ranggeh – Pasrepan – Puspo – Tosari – Bromo. Dia bilang pemandangannya bagus di pagi hari.

Perjalanan kita lanjutkan dengan hanya bantuan peta buta dari om bengkel & bertanya pada warga sekitar saja kalau kita ragu dengan jalan yang kita lalui. Soalnya jalan ke daerah bromo ini udah enggak tecover lagi sama peta yang kita bawa, sementara GPS dan handphone battrynya habis semua.

Perjalanan yang kita lalui emang bener indah ternyata. Kontur jalan cukup mulus dengan tikungan, tanjakan yang masih cukup motorsiawi dan di kanankiri banyak pepohonan juga perkebunan warga. Di suatu spot sekitaran Pasrepan – Puspo, gw melihat sebuah airterjun, curug, waterfall disebrang jalan di kejauhan. Entah apa namanya.

Perjalanan dari Puspo – Tosari sangat exciting. Nuansa Bromo sudah mulai terasa di sini. Dan yang terbaik adalah.. “Ini track terbaik untuk belajar cornering !” yey, jalan mulus, banyak belokan S dan U yang tajam, tidak terlalu lebar & marka jalan yang jelas serta lingkungan yang cenderung sepi membuat jalan ini enak banget buat cornering. Di sini terpaksa tidak full throttle karena persediaan bensin dan uang yang sudah sangat menipis. Cornering santai dengan 40-60 Kpj juga sudah cukup mengobati keriduan kok

 

Emang gw pribadi masih lebih jatuh cinta sama Dieng untuk ber cornering sih. Dengan keadaan jalan yang lebih curam dan selingan bus yang tibatiba muncul dari depan membuat Adrenalin Rush nya lebih kerasa untuk bisa bercornering di speed 60-100 Kpj (sumpah, dengkul lemes). Hehehe, jangan di tiru ya. Saya hampir theend di Dieng”

Di ujungujung bukit di kejauhan terlihat hotel dan penginapan yang tiada terbersit di hati dan budget gw untuk sekedar singgah. Perkampungan beratap rendah untuk menghindari terpaan angin berlebih sudah mulai terlihat. Kabut dan hawa sejuk mulai merendah membuat badan kedinginan. Toyota hardtop bermesih FJ, FL yang legendaris itu juga mulai gw temui sepanjang perjalanan. Kendaraan khas local wisdom berupa kereta, gerobak kayu yang di disain menyerupai gokart dengan humanengine yang di pasangin turbocharger dari anginsemilir dengan perangkat penghenti laju cakram brembo carbon ceramic delapan kaliper (nama kendaraan ini sebenernya apa sih ?) untuk mengangkut rumput melaju turun dengan kecepatan tinggi melewati kita. Akhirnya gw sampe di Tosari.

Melaju terus di jalan yang mulai rusak parah sampai lah kita di daerah Bromo

 

kita batal naik ke puncak penanjakan karena kabut yang minta ampun tebalnya. Putar arah, kita langsung ke Gn. Bromo. Ada yang tau tugu kecil untuk sesaji ini kenapa banyak banget ya sepajang perjalanan ?

Memasuki caldera, gw spechless, miro sujud syukur. Buat brother lain mungkin biasa. Tapi inilah perjalanan kami yang terjauh dengan motor selama hidup sampe sekarang. Subhanalloh..

 

Banyak banget orang aneh di dunia. Udah capecape ke tempat dingin, bukan di rasakan dan di resapi dingin ciptaan alam itu eh, malah pakai jaket berlapis. Jadilah dari awal kaldera dan selama di Bromo gw memutuskan menikmati kemenggigilan di Bromo ini dengan hanya pake kaos dalem. Mensyukuri nikmat dingin yang di berikan alam pegunungan

Karena cuaca memang sedang basah, alhamdulillah pasir kalderanya menjadi keras dan mudah dilalui kendaraan jadinya. Kita langsung saja menuju Gn. Bromo. Sampai di kaki gunung kita melihat banyak motor yang parkir di bawah dan melanjutkan perjalanan dengan kuda ke atas.

Emang kita turis ? kita kan adventourer a.k.a musafir separo gembel.

Kerena gw teringat dengan foto RR seorang brother di POL, jadilah kita parkir di puncak sebelum tangga menuju kawah setelah melalui perjuangan bermain kopling dan oversteer kesanakemari.

Sampai puncak, ketemu tantetante yang heboh banget berbahasa english “everyone co do anything they want if they want !” sambil minta tolong supaya gw papah ke ujung puncak. Ternyata dia agak pincang. Setelah ceritaceriti ebuset, sok english taunya urang bandung ! wkwkwk. Salut. Melihat orang lain yang normal aja banyak yang ngeluh waktu naik.

mulailah gw mencari pencerahan atas beberapa kejadian belakangan yang terjadi di sekeliling. meminyaki sendi berkarat, mengencangkan baut yang longgar dan mengganti parts yang aus dari jiwa seorang pejalan yang mencari diri dan tuhannya

 

Perjalanan turun dari Bromo menuju rumah akan di bahas di part selanjutnya ya ! karena ada bagian dari “kejadian yang diinginkan” ternyata terjadi ! hoho

To Be Continued

Categories: Long Trip | 1 Komentar

Navigasi pos

1 thoughts on “Little East Java Part 3

  1. ron lo gag ilang kan di bromo ataupun semeru??? katanya kalo ada orang yg sembarangan tingkah polahnya di sana bisa-bisa ilang dengan sendirinyaa…. lo gag aneh2 kan di sana ron? selamet kan ya lo? hahhahahha…. yakin! gue mupeng banget ronceeeeeeeeeeee…. 😦

    itu pelangi sama kawahnyaa subhanallah banget 😀

Tinggalkan Balasan ke nisa Batalkan balasan

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.